Tuesday, January 15, 2008

Boxing Day (bag 2) : Sudah Pernah Kalap Belanja

Dimuat di harian SURYA - Surabaya, 28 Desember 2007
Esok paginya, 27 Desember, jam masih menunjukkan pukul 06.00 ketika saya sudah siap dan rapi. Saya sengaja pergi sendiri, nggak menghubungi teman saya, karena selain nggak enak hati -kemarin bilang nggak mau kok sekarang jalan- juga saya paling malas kalau mau cari barang saja pakai tunggu-tungguan. Siapa tahu beda selera. Daripada teman saya mau kemana saya mau kemana, lebih baik saya pergi sendiri.
Pukul 06.15 saya sudah duduk manis di halte bus yang nggak jauh dari rumah saya. Masih cukup waktu, pikir saya. Jadi kira-kira sebelum pukul 07.00 sudah sampai di toko. Siapa tahu masih kebagian barang promosi dari toko. Di departemen store terbesar di city yang saya tuju ini, 500 pengunjung pertama bisa dapat kesempatan beli celana jeans Levis seharga 1 dolar Australia atau DVD Player seharga 50 dolar Australia. Kan lumayan, bisa untuk oleh-oleh buat suami.
Tunggu punya tunggu, 10 menit berlalu, kok nggak ada satu pun bus yang nongol. Sementara orang yang datang menunggu di halte makin banyak dan tampaknya semua satu tujuan. Sudah 20 menit berlalu, tetap tidak ada bus yang datang. Saya hitung lagi, 25 menit berlalu, barulah satu bus datang dan langsung diserbu oleh semua orang yang menunggu di halte. Saya mulai was-was, kayaknya nggak sampai nih, target waktu meleset. Bisa-bisa sampai di city pukul 07.00 lewat. Setengah berdoa saya berharap supaya nggak banyak orang menyetop bus yang saya naiki, supaya lancar wes ewes ewes langsung sampai tujuan. Tetapi tampaknya doa dan harapan saya nggak terkabul, karena di setiap halte pasti ada yang melambaikan tangan, tambah penumpang lagi, sampai bis penuh sesak.
Akhirnya, sampai juga saya di tujuan. Pukul 07.00 kurang satu menit. Setengah berlari saya menuju departemen store besar itu. Tetapi alamak... yang namanya orang ngantre di depan gerbang yang sedang dalam proses dibuka, tampaknya lebih dari 500 orang. Mungkin malah sampai 1.000 orang. Hilang sudah harapan dapat jeans Levis 1 dolar Australia. Setengah nekat, saya ikut dalam arus orang yang sedang mengantre. Tanggung, sudah sampai tujuan, sekalian nyebur saja.
Barang yang di-sale memang membuat mata terbelalak. Betapa tidak, baju-baju kaus yang selama ini seharga 25 dolar, bisa dibeli dengan harga setengahnya. Handuk kualitas terbaik, turun harga sampai 70 persen. Pantas saja orang rela berdesak-desakan dari pagi. Ternyata mereka sejak pukul 06.00 sudah antre di depan pintu, supaya dapat barang murah dan tetap bermutu.Nggak terasa, lima jam sudah saya menghabiskan waktu keliling dari lantai satu sampai lantai enam. Kaki rasanya sudah pegal karena mau membayar pun antrenya di kasir luar biasa.
”My feet is killing me....” Beberapa kali saya dengar orang berkata seperti itu. Mungkin kakinya sudah sepegal kaki saya. Bahu dan pundak juga sudah ikutan protes karena tanpa sadar saya sudah ikut kalap memborong barang-barang, mulai dari seprei sampai handuk, baju sampai mainan anak, bahkan piring makan. Maklum, nggak tahan melihat harga yang gila-gilaan itu.
Sambil menahan pegal, saya berdiri di halte bus, siap menunggu bus untuk pulang. Tiba-tiba....
”Lhoooo... mbak... kok jalan juga. Katanya males.”
Suara yang saya sangat kenal tahu-tahu mampir di telinga. Dengan sedikit malu hati saya sapa teman saya itu. Rupanya dia senasib dengan saya, terdampar di halte menunggu bus jurusan yang sama.
Sambil ngobrol, diam-diam saya lirik tas yang ditenteng teman saya. Kok cuma satu tas ya, pikir saya. Seolah mengerti apa yang saya pikirkan, teman saya berkomentar, ”Saya juga sudah pernah kalap kok Mbak, tahun lalu. Jadi nggak usah merasa nggak enak meliat saya hanya bawa satu tas kecil.” Kali ini saya malu beneran.

No comments:

Related Posts with Thumbnails