Friday, July 6, 2007

Ideologi Bakso

Hidup bertetangga di sydney, terkadang tanpa sengaja bisa melihat sesuatu yang unik, dan nggak pernah terpikir sebelumnya. Tetangga sebelah adalah keluarga muda, dengan 1 anak balita. Si Mbak berasal dari Timor Leste, dan suaminya dari Skotlandia. Perkenalan kita nggak sengaja, karena biasanya kan nggak pernah ada judul kenal tetangga disini, kecuali kalau tetangganya teman dari Indonesia. Karena seringkali pulang dari jalan-jalan, si Mbak –Sarah namanya- sulit buka pintu gerbang sembari gendong anak, maka Zaafri jadinya sering bantu bukain pintu. Lama-lama, kenalan, ngobrol deh kita. Beberapa kali ketemu, tukar nomer telepon, dan 2 hari yang lalu Sarah bertamu ke rumah kita. Tujuan utama, mengundang kita untuk menghadiri acara ulangtahun anaknya ke 1, weekend ini. Dilanjutkan ngobrol sana ngobrol sini, akhirnya keluar cerita, bahwa Sarah dan suaminya ketemu di Timor Leste. Lalu diboyong ke Sydney. Pertama kali tinggal di daerah Glebe, nggak kerasan, karena bahasa Inggrisnya masih terbatas. Nggak sengaja, jalan-jalan, mereka nemu restoran Indonesia di City. Dari restoran itu, nemu majalah Indonesia, yang ada direktori resto Indo seputar Sydney. Sampailah perjalanan mereka ke Kingsford suatu hari - yang karena Kingsford sudah jadi salah satu propinsi Indonesia jadi buanyak banget resto Indo – untuk makan Bakso. Dan akhirnya pindahlah mereka ke Kingsford, dengan alasan, Sarah feels like home. Feels like home? Sulit dipercaya, tapi memang si mbak satu ini merasa lebih enak hidup dilingkungan yang banyak orang Indo, jadi dia nggak punya kesulitan berkomunikasi karena dia fasih berbahasa Indo. Banyak makanan Indo, banyak groceries shop yang jual barang-barang Indo. Asal maklum, Sarah sudah sulit pisah dengan Indomie. Dan juga yang paling penting, gampang cari resto yang jual bakso kuah ! Serius lho, karena Sarah suka banget makan bakso.

From my point of view, kadang Sarah lebih ’Indonesia’ dari kita dan teman-teman Indo disini (nggak semua sih memang). Ngundang ulangtahun anaknya, nggak mau via telpon. Menyempatkan diri datang, dengan alasan, nggak sopan, mau ngundang kok Cuma bicara via telpon. Apalagi rumah kita bersebelahan. Mau mengajak menghadiri pertemuan ibu-ibu Indonesia, nggak mau nelpon (Sarah ikut Mothers Club, kumpulan ibu-ibu Indonesia yg punya anak balita disini). Selalu ketok pintu, dan menyampaikan undangan atau ajakan secara lisan. Ketemu muka. Sementara, dulu saat kita tinggal se-building dengan teman dari Indo, dengan alasan kepraktisan, aku pilih ngangkat telepon kalau mau ngundang teman-teman. Dan waktu kita mau weekend away, kita pamit sama Sarah, dia dengan senang hati keep on eye rumah kita. Jadi serasa bertetangga di Indonesia.

Kesimpulan sementara : Nggak Cuma kita yang seneng makan bakso (dan kangen tukang bakso keliling yang lewat depan rumah). Sarah yang dari negara tetangga juga suka bakso. Bakso bikin kita punya tetangga yang bisa diandalkan, karena gara-gara bakso pula (dan Indomie) Sarah jadi pindah ke Kingsford, dan jadi tetangga kita.

No comments:

Related Posts with Thumbnails